Kalau harus inget lima tahun lalu dan ditanya masa-masa menegangkan dari seluruh proses petualangan aku sampai ke Jerman, yang paling bikin hati degdegan itu pas visa udah jadi karena saat itu aku bener-bener dihadapkan dengan dilema pisah sama keluarga, rasanya itu sedih banget. Gimana gak sedih, empat tahun aku kuliah di Bandung dan jarang pulang karena aku kuliah sambil nyambi kerja dan disaat udah lulus (aku sidang skripsi bulan Mei) aku gak bisa lama-lama deket dengan keluarga, karena bulan September aku harus pergi ninggalin mereka selama satu tahun penuh.
Baca juga: Tiket Awal Menuju Jerman
Dari bulan Mei ke September hanya nyisa kurang lebih tiga bulan dan di bulan-bulan terakhir ini aku juga gak bisa full stay dengan keluarga karena harus bolak balik Bandung – Tasikmalaya untuk urusan revisi dan pindahan barang-barang kosan. Untungnya skripsi gak begitu menyita banyak waktu karena sehari sehabis sidang, skripsinya sudah bisa ditandatangan dan di hard cover, alhamdulilah revisiannya cuma karena salah ketik dan gak ada data yang harus diubah banyak.
Walaupun urusan dengan skripsi udah selesai, aku harus tetep ke Bandung untuk beli peralatan yang akan aku bawa ke Jerman. Tasikmalaya lima tahun lalu belum semaju sekarang kotanya, jadi untuk keperluan baju dingin dan lain-lain belinya harus ke Bandung, saat itu aku beli barang-barangnya di Twig House yang ada di Jl. Sukajadi, Bandung. Pas datang kesana, aku bengong karena harganya gak pas di kantong. Sebenernya uang yang dibawa cukup, tapi mental kikir yang aku punya gak merelakan kalau aku harus ngeluarin uang sebanyak itu, hiks. Akhirnya di Twig House aku hanya beli sarung tangan 1 pasang, long john 2 pasang, syal rajutan warna hitam 1 dan topi rajutan warna hitam 1 dengan total belanjaan kurang lebih Rp. 600.000,-.
Tadinya aku mau beli jaket winter, tapi harganya yaaah gak bikin aku ikhlas buat beli. Ada sih sebenernya yang harganya terjangkau, tapi modelnya aku gak sreg jadi untuk jaket aku lebih milih beli di gasibu walaupun ternyata cape banget milihnya, harus jalan dari ujung ke ujung, tapi alhamdulillah akhirnya nemu 1 mantel kecil, lengannya 3/4 dan bahannya wol campuran gitu tapi bukan rajutan dan harganya Rp. 35.000,-. Aku rasa dengan jaket 1 aja belum cukup, akhirnya aku ambil jaket punya kakak yang suka dia pake naek motor, tau kan sejenis jaket parasut anti angin? Iya, aku bawa jaket kayak gitu ke Jerman (tapi yang belakangnya ga ada embel-embel toko tempat beli motor ya, entar dikiranya malah endorse) yang gak ada daleman bulu-bulunya sama sekali. Selama bisa nahan angin, it’s ok.
Baca juga: Kerja Sampingan Saat Au-pair
Oia, keluarga aku kan belum pernah ada yang bepergian jauh ya apalagi ke luar negeri, makanya untuk koper aku harus beli dan aku beli koper yang ringan dan gede tapi murah di Bandung, alamatnya aku lupa lagi tapi kalau harganya aku inget cuma Rp. 165.000,-. Jadi rincian pengeluarannya itu:
- Sarung tangan 1 psg
- Long john 2 psg
- Topi rajut 1
- Syal rajut 1
Totalnya Rp. 600.000,-
- Mantel Gasibu Rp. 35.000,-
- Tiket Etihad CGK – FRA Rp. 5.250.000
- Sweater 1
- T-shirt 4 pcs
- Jeans 3
- Sepatu Converse 1
- Sepatu Missyelle kesayangan 1
- Pyjama 1
- Sweatshirt 1
- Jaket angin 1
- Sendal jepit Konichiwa Rp. 50.000,-
- Koper Rp. 165.000,-
- Uang saku 150 €
Kurang lebih itu barang bawaan aku waktu ke Jerman lima tahun lalu. Kalau diuangkan semuanya itu ga lebih dari Rp. 15.000.000,- malahan kurang dari itu. Pasti kalian nanya, aku bawa makanan ga? Iya jelas bawa, hehehe. Nutrijell, indomie, mie ABC, kerupuk mentah, terasi sampai micin aku bawa (kayaknya aku ini generasi micin sejati) cuma beras yang aku gak bawa karena Gastvater udah bilang kalau di Jerman banyak beras, lagian bawa beras kayak orang mau pergi perang aja hahaha. Tapi entah karena aku cuek atau emang males, barang bawaan aku gak sebanyak anak-anak yang datang ke Jerman 2 atau 3 tahun kebelakang. Barang-barang seperti sepatu winter, jaket winter, jeans, dll aku beli di Jerman dengan harga murah di Aldi. Sepatu kets winter yang ada bulu di dalemnya aku beli di Aldi cuma 8 € di Kids Section, beruntung badan aku kecil jadi bisa ngehemat banyak uang dengan belanja baju anak-anak.
Jadi tips untuk kalian yang akan berangkat ke Jerman, bawa baju secukupnya aja dan jangan berlebihan, karena di Jerman banyak toko-toko seperti Primark, TK Max, Colloseum, Tally Weijl, dsb yang bisa dijadikan option untuk beli baju dengan harga terjangkau, selain itu modelnya juga banyak pilihan. Kalau mau beli yang super murah, bisa beli di Discounter seperti Aldi, Netto, Lidl, dll yang setiap minggunya selalu ada penawaran khusus dan selalu bisa dipantau secara online di websitenya masing-masing.
Baca juga: Nabung untuk Kuliah selama Au-Pair
Oia, untuk masalah make up nih, sebaiknya make up seperti pencuci muka, pelembab, dll bawa gak usah banyak-banyak, karena kondisi kulit kalian akan berubah jika kalian tinggal disini. Mungkin di Indonesia produk kecantikan yang dipakai bikin kulit jadi glowing, halus dan gak jerawatan, tapi belum tentu kalau kalian udah di Jerman. Inget, Jerman ada empat musim, jadi kondisi kulit kalian juga akan menyesuaikan sesuai dengan musim saat itu, jadi bawa produk perawatan kecantikan secukupnya aja.
Buat kalian yang mau ke Jerman, semoga tipsnya membantu ya. Gak cuma ngehemat biaya, tapi kalian juga bisa ngehemat space di bagasi untuk diisi sama makanan kesukaan kalian. Pasti kalau udah disini yang akan dikangenin itu makanan, bukan pakaian 😀 Makanan Indonesia di Jerman harganya mahal loh dan belum tentu cocok di lidah, jadi ayo save uang dan bagasinya biar bisa bawa makanan banyak.